13/02/17

(Tanpa Judul)

Tepukan sepatu itu terdengar tak berirama. Mungkin karena pemiliknya sedang tak menikmati alunan sepatunya sendiri. Wajahnya mengeras dan keningnya mengkerut. Tak terdengar apapun selain tepukan sepatu itu dan tentunya desahan nafas yang berat dan tak beraturan. Jujur saja, aku bosan dengan situasi seperti ini. Tapi aku tak bisa berbuat apapun. Selain diam tentu saja. Kupandangi satu persatu sahabatku. Mereka semua terlihat sama. Tak ada yang berubah. Ifo, Momo, dan Juwi. Hanya saja ada orang lain diantara kami. Dua orang asing yang berpakaian agak nyentrik dengan kaos belel, jins kedodoran dan potongan rambut yang agak janggal. Yang satu berambut sebahu dan poni yang menjuntai menghalangi sebelah matanya, sementara yang satunya lagi berambut pendek dengan gaya hampir cepak tapi masih sedikit lebih panjang dari cepak makannya tak bisa disebut gaya cepak. Namanya Evo dan Zee. Mereka adalah kenalan Momo. Bisa dibilang Evo dan Zee adalah teman dari dunia maya.

....
 

“Jadi.. kalian dari Semarang??” tanyaku berbasa-basi. Yah, hanya mencoba mencairkan suasana. Evo menatapku sekilas dan kembali memalingkan pandangannya ke bawah, tepat kearah sepatu belelnya. Sementara Zee, sibuk mengeluarkan asap kelabu dari rongga mulutnya. Lama tak ada jawaban. Sampai akhirnya Evo buka mulut.
 

“Ya, begitulah.” Suasana kembali hening. Sesekali terdengar deruan sepeda motor yang melintas di depan kami. Sekitar satu atau dua motor saja. Jalan raya di depan kami ini hanyalah jalan kecil tempat keretek biasa lalulalang. Jarang-jarang ada mobil yang melintasi jalan ini karena itu tadi. Jalannya terlalu sempit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar