13/02/17

Prolog

Laut mulai mengganas. Angin bertiup kencang, langit semakin gelap. Sebuah kapal terombang-ambing kesana-kemari tergulung ombak. Gelegar petir sahut-menyahut silih berganti. Amukan ombak membuat kapal berukuran sedang dengan panjang sekitar empat meter, lebar dua meter dan tinggi dua setengah meter itu bergerak tak terkendali. Akibat gerakan itu, air laut mulai masuk ke dek kapal dan membanjirinya hingga sebatas mata kaki atau  setinggi lima belas centimeter. Seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh lima tahun berjalan kearah kemudi kapal dan mencoba untuk melawan arus ombak.
 

“Sayang, tarik layarnya!!!” teriak laki-laki itu.
 

Dengan susah payah seorang perempuan yang berumur tak jauh dari laki-laki itu mencoba untuk menangkap isyarat yang diberikan laki-laki itu padanya. Kakinya berjalan limbung, mendekati tungkai layar yang terkembang, deburan ombak menampar-nampar wajahnya yang tertutup kain, berusaha keras untuk menangkap tali pengikat yang melayang-layang terbawa angin. Tangannya berusaha meraih tali itu sekuat tenaga. Kakinya terangkat dan ia pun berhasil mendapatkan tali itu lalu berpegangan erat sehingga memudahkan ia untuk mendekati layar. Tapi goncangan kapal itu terlalu kuat untuk dikendalika oleh seorang perempuan dengan tinggi seratus lima puluh enam centimeter dan berat sekitar empat puluh kilogram. Ia terus bergerak untuk menyeimbangkan tubuhnya. Dengan cepat tangannya mulai menarik-narik layar kapal dengan seutas tali yang ada digenggamannya. Namun baru beberapa tarikan, layar itu tiba-tiba berbalik dan mendorong tubuh kecil wanita itu hingga terjatuh dari kapal!
 

Sementara si laki-laki terus berusaha menyeimbangkan kapal dengan kemudinya. Ombak kali ini sangat kuat sehingga butuh lebih banyak orang lagi untuk bisa mengendalikan kapalnya ini, sementara di kapalnya hanya ada dua orang, ia sendiri dan istrinya saja. Meski sulit ia tetap berusaha berkomunikasi sebaik mungkin dengan isterinya.
 

“Sayang, bagaimana keadaan di sana?!” seru laki-laki itu. Tak ada jawaban ataupun sahutan. Kontan saja laki-laki itu meninggalkan kemudinya menuju badan kapal. Namun ia tak juga menemukan isterinya.
 

“Sayang?! Tari?! Dimana kamu?! Jawab aku!!” laki-laki itu terus berseru. Tapi masih tetap tak ada jawaban. Kakinya melangkah mendekati layar yang telah berubah posisi. Perlahan namun pasti ia mendekati pagar kapal dan melongok ke bawah. Seseorang tengah terapung diayunkan ombak dan tak sadarkan diri.
 

“TARI!!!!”
 

***
....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar